Belum Ada Obat dan Terapi guna Coronavirus, Apa yang Diperoleh Pasien?

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sampai tanggal 12 Maret 2020, ada 34 orang yang ditetapkan positif terinfeksi virus corona. Semua pasien tersebut telah diisolasi di sejumlah rumah sakit yang ditunjuk guna menangani wabah ini. Meski begitu, sampai saat ini belum terdapat obat dan terapi coronavirus secara eksklusif yang dapat diberikan.

Lalu, apa perbuatan yang akan dilaksanakan dokter guna merawat semua pasien? Belum lama ini beredar perkabaran yang mengaku bahwa pasien COVID-19 yang diasuh di lokasi tinggal sakit tidak menerima obat apapun. Banyak orang bertanya-tanya, kenapa tidak diberi obat?

Jawabannya sebetulnya sederhana. Karena sampai saat ini, belum terdapat obat maupun vaksin yang efektif menanggulangi infeksi virus corona jenis ini. COVID-19 ialah penyakit baru. Jadi sampai saat ini, riset masih terus dilakukan supaya obat dan vaksin dapat segera tercipta.

Penjelasan dokter mengenai perawatan pasien yang positif terinfeksi virus corona


Tidak tidak banyak orang yang naik pitam begitu menyimak berita yang mengaku bahwa pasien yang positif terinfeksi corona, tidak menemukan obat apapun. Namun, benarkah prakteknya demikian? Sebaiknya, kita saring dahulu informasi itu baik-baik dan lebih mengetahui lagi kondisi serta konteks dari penyakit ini.

Di sejumlah negara dengan angka infeksi COVID-19 nya tinggi, tidak seluruh orang yang positif terinfeksi, diisolasi di lokasi tinggal sakit. Sebab, negara-negara tersebut pun memberlakukan home quarantine atau karantina di rumah untuk pasien yang infeksinya ringan.

Obat dan Terapi untuk Coronavirus


Isolasi di lokasi tinggal sakit diberlakukan untuk pasien yang berisiko merasakan peningkatan keparahan fenomena penyakit secara cepat. Setelah diisolasi di lokasi tinggal sakit, sejumlah pasien pun diperbolehkan untuk kembali dan diinstruksikan guna segera pulang ke lokasi tinggal sakit bilamana kondisinya memburuk.

Namun, kepandaian tersebut sekitar ini belum diberlakukan di Indonesia. Di sini, seluruh pasien yang positif terinfeksi virus corona, baik dengan level ringan, sedang atau berat, bakal langsung masuk ruang isolasi di lokasi tinggal sakit.

Berdasarkan keterangan dari medical editor dari SehatQ, dr. Karlina Lestari, penyembuhan yang diterima pasien positif virus corona dapat berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan dan fenomena yang hadir di pasien tersebut.

“Jadi, pasien yang demam bakal mendapat obat demam. Lalu, pasien yang batuk bakal menerima obat batuk dan obat-obatan lainnya andai memang diperlukan, menyesuaikan situasi pasien,” ujarnya.

Dr. Karlina menambahkan, selama diasuh di lokasi tinggal sakit, pasien yang positif virus corona pun akan menjalani serangkaian pengecekan untuk mengetahui situasi kesehatan secara keseluruhan. Sehingga, kesebelasan dokter bisa mengetahui bisa jadi penyakit penyerta pada tubuh pasien laksana diabetes, hipertensi, atau penyakit paru lainnya, laksana TBC.

Sementara tersebut pada permasalahan yang parah, dokter akan mengerjakan pemantauan intensif, memberi terapi cairan atau infus, dan oksigen tambahan cocok dengan situasi pasien. Jika pasien merasakan gagal napas, maka kesebelasan dokter akan mengerjakan intubasi atau pemasangan alat tolong napas.

“Karena ketika ini belum ada riset atau bukti seputar tahapan perawatan untuk permasalahan COVID-19 secara spesifik, jadi perawatan yang diserahkan lebih untuk usaha guna meredakan gejalanya, serta menambah sistem imun atau daya tahan tubuhnya" ungkapnya.

Dr. Karlina mengungkapkan, bahwa pada pasien yang infeksinya telah mereda, maka dokter akan mengerjakan pemeriksaan ekstra berupa potret rontgen dada atau rontgen toraks, sebagai penilain akhir pertumbuhan penyakit tersebut.

Jika tidak diobati, bisakah infeksi virus corona mengakibatkan komplikasi?


Seperti tidak sedikit penyakit lainnya, infeksi virus corona juga dapat menyebabkan komplikasi. Sejauh ini, komplikasi sangat serius dari penyakit ini ialah novel coronavirus-infected pneumonia (NCIP). Ini ialah satu-satunya komplikasi yang secara spesifik muncul dampak infeksi COVID-19.

Penelitian terbaru dilaksanakan pada 138 pasien yang menemukan perawatan di lokasi tinggal sakit di Wuhan, Tiongkok, dampak NCIP. Sebanyak 26% di antaranya berada dalam situasi parah. Akibatnya, mereka mesti diasuh di ruang intensive care unit (ICU).

Dari 26% pasien yang kondisinya parah dan diasuh di ICU, sejumlah 4,3% di antaranya meninggal dunia dampak pneumonia tipe ini. Di samping NCIP, infeksi virus corona juga dapat menimbulkan komplikasi beda yang tidak spesifik sehubungan dengan penyakit COVID-19, seperti:


  • Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
  • Irama jantung tak tertata (aritmia)
  • Syok kardiovaskular
  • Nyeri otot yang parah (myalgia)
  • Kelelahan hebat
  • Kerusakan jantung atau serangan jantung


Terbaru, satu orang pasien infeksi corona di Indonesia meninggal dunia


Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, mengaku dalam penjelasan persnya bahwa pasien identitas nomor 25 meninggal dunia, haru Rabu, 11 Maret 2020 dini hari.

Pasien itu masuk dalam kumpulan imported case. Artinya, ia terinfeksi virus ini saat mendatangi negara lain, kemudian masuk ke Indonesia dalam situasi sudah terinfeksi. Pasien 25 ialah seorang wanita berusia 53 tahun dan adalahseorang penduduk negara asing (WNA).

Yuri menyinggung bahwa pasien itu sebelumnya memang telah mengidap penyakit penyerta lainnya, laksana diabetes, hipertensi, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Ia menambahkan bahwa penyakit penyerta berikut yang menciptakan pasien itu rentan. Sebab, virus corona dianggap dapat memperburuk daya tahan tubuh dan sekitar ini baru mengakibatkan kematian bilamana ada komplikasi atau penyakit beda yang menyertai.

Sebelumnya, saat memberitahukan pada hari Senin, 9 Maret 2020, terdapat 27 pasien yang ditetapkan positif mengidap infeksi COVID-19, Yuri menyinggung pasien 23 pun sedang menemukan perawatan memakai alat tolong napas atau ventilator, sebab mempunyai penyakit penyerta yang lumayan banyak.

Inilah yang menciptakan perawatan guna pasien infeksi corona dapat bermacam-macam, tergantung dari situasi kesehatan pasien tersebut. Pada pasien yang kondisinya stabil, perawatan akan konsentrasi pada meredakan fenomena dan menambah daya tahan tubuh. Sementara tersebut pada pasien dengan permasalahan yang berat dan disertai penyakit penyerta lainnya, maka perawatan yang dilaksanakan akan menyesuaikan situasi tersebut.